Senin, 18 Desember 2017

Perjalanan (pulang)


Banyak yang kosong dalam setiap perjalananku setelah sebulan kepergian Bapak. Kini tak ada lagi yang menanti cerita-ceritaku dengan sangat antusias. Lalu membullyku, dan juga menertawakanku. Ah. Iya. Semua orang tahu bahwa Bapak adalah orang yang sangat humoris. Pribadi yang sangat ekspresif saat bercerita maupun saat menjadi pendengar. Saat Bapak sakit kemarin, Sabtu adalah hari yang selalu aku tunggu. Meskipun aku selalu menggerutu dan cemas saat bis atau kereta tak segera berangkat melaju. Aku membenci setiap kendaraan ini berhenti. Aku ingin segera sampai di Kediri. Aku ingin pulang. Aku ingin segera bertemu Bapak. 

Rasanya ingin segera sampai rumah saat kereta atau bis mengantar perjalananku. Karena aku tahu, waktuku untuk bergurau bersama Bapak sudah tidak banyak. Waktuku untuk bercerita dengan Bapak tidak banyak. Aku hanya memiliki waktu kurang dari 12 jam dalam seminggu untuk menemani Bapak. Untuk bercerita dengannya, juga bergurau dengannya. Tuntutan pekerjaan yang memaksaku kembali ke Surabaya segera.


Kasur rumah sakit itu adalah sahabatku. Aku bisa cerita apapun tentang bagaimana kerasnya persaingan di lingkungan kerjaku bersama Bapak. Aku yang selalu duduk di bed Rumah Sakit, duduk mendusel di sebelah Bapak sembari bercerita apapun. Dari hal yang sangat berat, karir dan pernikahan. Bercerita tentang bagaimana Neimar dan Ronaldo mendonasikan kekayaannya. Hingga kisah Raisa dan Hamish Daud. Dan Bapak selalu menimpalinya. “Bapak pengen nduwe mantu koyok Hamish Daud”, katanya menggoda. 

Kini rumah benar-benar kosong. Tak ada lagi Bapak yang selalu ceria. Bapak yang selalu menggodaku karena selera makanku yang tak biasa. Bapak yang selalu bertanya siapa pacarku saat ini. Bapak yang menggoda treneng jebolku. Setiap perjalanan pulang, aku selalu mendengar lagu ini untuk selalu mengingat orang-orang yang selalu menungguku pulang. Karena sejauh apapun kita berpetualang, rumah adalah sebaik-baik tempat pulang.
         
Perjalanan
Dipopulerkan oleh: Franky & Jane

Dengan kereta malam
Ku pulang sendiri
Mengikuti rasa rindu
Pada kampung halamanku
Pada Ayah yang menunggu
Pada Ibu yang mengasihiku

Duduk dihadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu
Sendu kelabu
Penuh rasa haru ia menatapku
Penuh rasa haru ia menatapku
Seakan ingin memeluk diriku

Ia lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang telah tiada
Karena sakit dan tak terobati
Yang wajahnya mirip denganku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambahkan komentar

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia

Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...