Banyak yang kosong dalam setiap perjalananku setelah sebulan
kepergian Bapak. Kini tak ada lagi yang menanti cerita-ceritaku dengan sangat
antusias. Lalu membullyku, dan juga menertawakanku. Ah. Iya. Semua orang tahu
bahwa Bapak adalah orang yang sangat humoris. Pribadi yang sangat ekspresif
saat bercerita maupun saat menjadi pendengar. Saat Bapak sakit kemarin, Sabtu
adalah hari yang selalu aku tunggu. Meskipun aku selalu menggerutu dan cemas
saat bis atau kereta tak segera berangkat melaju. Aku membenci setiap kendaraan
ini berhenti. Aku ingin segera sampai di Kediri. Aku ingin pulang. Aku ingin
segera bertemu Bapak.
Rasanya ingin segera sampai rumah saat kereta atau bis
mengantar perjalananku. Karena aku tahu, waktuku untuk bergurau bersama Bapak
sudah tidak banyak. Waktuku untuk bercerita dengan Bapak tidak banyak. Aku
hanya memiliki waktu kurang dari 12 jam dalam seminggu untuk menemani Bapak.
Untuk bercerita dengannya, juga bergurau dengannya. Tuntutan pekerjaan yang
memaksaku kembali ke Surabaya segera.
Kasur rumah sakit itu adalah sahabatku. Aku bisa cerita
apapun tentang bagaimana kerasnya persaingan di lingkungan kerjaku bersama
Bapak. Aku yang selalu duduk di bed Rumah Sakit, duduk mendusel di
sebelah Bapak sembari bercerita apapun. Dari hal yang sangat berat, karir dan
pernikahan. Bercerita tentang bagaimana Neimar dan Ronaldo mendonasikan
kekayaannya. Hingga kisah Raisa dan Hamish Daud. Dan Bapak selalu menimpalinya.
“Bapak pengen nduwe mantu koyok Hamish Daud”, katanya menggoda.
Kini rumah benar-benar kosong. Tak ada lagi Bapak yang
selalu ceria. Bapak yang selalu menggodaku karena selera makanku yang tak
biasa. Bapak yang selalu bertanya siapa pacarku saat ini. Bapak yang menggoda treneng
jebolku. Setiap perjalanan pulang, aku selalu mendengar lagu ini untuk selalu
mengingat orang-orang yang selalu menungguku pulang. Karena sejauh apapun kita
berpetualang, rumah adalah sebaik-baik tempat pulang.
Perjalanan
Dipopulerkan
oleh: Franky & Jane
Dengan
kereta malam
Ku pulang sendiri
Mengikuti rasa rindu
Pada kampung halamanku
Pada Ayah yang menunggu
Pada Ibu yang mengasihiku
Ku pulang sendiri
Mengikuti rasa rindu
Pada kampung halamanku
Pada Ayah yang menunggu
Pada Ibu yang mengasihiku
Duduk
dihadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu
Sendu kelabu
Penuh rasa haru ia menatapku
Penuh rasa haru ia menatapku
Seakan ingin memeluk diriku
Dengan wajah sendu
Sendu kelabu
Penuh rasa haru ia menatapku
Penuh rasa haru ia menatapku
Seakan ingin memeluk diriku
Ia
lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang telah tiada
Karena sakit dan tak terobati
Yang wajahnya mirip denganku
Anak gadisnya yang telah tiada
Karena sakit dan tak terobati
Yang wajahnya mirip denganku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tambahkan komentar