Herman Willem Daendels
![]() |
Daendels mengawasi pekerja paksa |
Daendels adalah seorang yang tegas dengan segala pembaharuan
– pembaharuan yang digagasnya guna mempertahankan pulau Jawa dari Inggris.
Herman Willem Daendels adalah perintis infrastruktur yang sangat luarbiasa
dampaknya bagi kemajuan ekonomi di Jawa, yakni pembuatan Grote Postweg (Jalan
Raya Pos) atau populer disebut Jalan Daendels.
Banyak
kemajuan, tentunya bagi pihak kolonial yang dicapai melalui berbagai ide – ide
Daendels. Daendels membangun jalan yang membelah sepanjang Pulau Jawa ini
terutama untuk tujuan strategi dan kepentingan militer: mobilisasi pasukan
dengan cepat. [1]
Pada
awalnya, setiap 4,5 kilometer jalan ini didirikan pos penjagaan sebagai tempat
perhentian dan penghubung pengiriman surat-surat. Tujuan pembangunan Jalan Raya
Pos adalah memperlancar komunikasi antar daerah yang dikuasai Daendels di
sepanjang Pulau Jawa dan sebagai benteng pertahanan di Pantai Utara Pulau Jawa.
Karena itulah jalan ini pada awalnya disebut De Grote Postweg atau Jalan Raya
Pos dari Anyer ke Panarukan. [2]

Daendels berpikir untuk membuat sebuah
jalan baru antara Anyer dan Panarukan. Jalan – jalan yang sudah ada sebelumnya
dipandang kurang tepat. Daendels hendak membangun jalur ganda yang dapat
dilalui dari sisi barat hingga ke timur. Satu jalur untuk kuda dan kereta,
lainnya untuk gerobak dan ternak. Jalan baru itu akan sangat berguna untuk
mempercepat gerak pasukan, perjalanan, pengangkutan hasil bumi, serta
menghubungkan tempat-tempat penting di Jawa Barat dan Jawa Timur.[3]
Di bawah pemerintahan Deandels yang tak
terbantahkan, pekerjaan berat ini dapat selesai dalam waktu satu tahun. Selain
itu Deandels mencanangkan biaya yang sangat sedikit dalam proyek ini. Sehingga
ia berpikir bahwa dengan mengerahkan banyak tenaga kerja dari pribumi akan
semakin menimalisir khas Belanda.
Kejamnya, ia tidak hanya memperjakan
para petani, tetapi juga wanita, anak – anak dan orang tua. Sadisnya, priyayi atau penguasa pribumi
yang gagal mengerjakan proyek tersebut,termasuk para pekerjanya, dibunuh. Tak hanya itu, kepala
mereka lalu digantung di pohon-pohon kiri-kanan ruas jalan. Gubernur Jenderal
Daendels memang menakutkan, dia kejam, sadis dan tak kenal ampun. Karena
banyaknya korban pada pembuatan jalan Batavia-Banten masih simpang siur,
menurut beberapa sejarahwan, korban meninggal sekitar 15.000 orang dan banyak
yang meninggal tanpa dikuburkan secara layak.[4]
Dalam penyelesaian proyek ini, terdapat
daerah-daerah yang sangat sukar, misalnya jalan pos dari Bogor melalui
Pariangan terus ke Cirebon. Begitu pula daerah-daerah pantai utara Jawa Tengah
yang berawa-rawa. Untuk menghindari jalan-jalan yang terjal di buatlah ratusan
kelokan dan tanjakan bila melewati pegunungan. Deandels sendiri sering datang
memeriksa pekerjaan, agar cepat selesai. Bila di dapatinya ada pekerja yang
lamban, ia akan membentaknya dengan sangat keras dan menggelegar. Sehingga ia
di beri julukan Tuwan Besar Guntur. Banyak orang tewas dalam proyek pembuatan
jalan sepanjang 1000 km ini, namun ketika jalan ini selesai tahun 1809, tidak
di pungkiri lagi bahwa manfaatnya sangat terasa.[5]
Adapun kebijakan Daendels lainnya
ialah:
·
1.
Kerja
tanpa dibayar hanya boleh dilakukan terhadap gubermen Belanda, tidak kepada
bupati dan pegawai pemerintah lainnya.
2.
Uang
untuk hasil bumi, tidak boleh lagi melalui perantara. Harus langsung dibayarkan
kepada petani.
3.
Tidak
boleh lagi ada komisi dari leveransir barang-barang gubermen. Tidak
diperbolehkan juga mendapat keuntungan dari kerja sambilan pegawai gubermen
atau mendapat pemasukan selain gaji.
4.
Daendels
member mereka gaji yang lebih baik, tetapi melarang mereka menerima hadiah dari
bupati atau rakyat.
5.
Dibuat
sebuah badan yang dinamakan Biro Pembukuan. Badan ini menghitung dan memeriksa
kembali pembukuan setiap residen.
6.
Setiap
inspeksi kedaerah tidak perlu disambut dengan meriah. Cukup dengan pembukuan
masing-masing daerah.
7.
Serdadu
yang ketahuan mencuri, akan dihantam peluru sebagai hukumannya.
8.
Lima
pegawai yang menggelapkan uang gubermen langsung dihukum gantung.
9.
Seorang
kapten yang memberikan makanan yang tidak sesuai ketentuan kepada prajuritnya,
diturunkan pangkatnya menjadi prajurit biasa.
10.
Seorang
komisaris polisi yang ketahuan menerima suap, langsung dikeluarkan dari
kepolisian.
11.
Seorang
residen yang ketahuan menerima hadiah sesaku uang emas, langsung masuk penjara.
12.
Orang-orang
Cina kaya yang mengambil bunga tinggi dari penduduk miskin, langsung digantung
didepan pintu rumahnya.
13.
Seorang
jendral yang tidak disenangi, dikirim pulang ke Holland.
14.
Gubernur
Engelhard yang menurut Daendels memiliki pendapatan lebih besar daripada
seharusnya, dipecat.
DAFTAR
PUSTAKA
Suyono, Capt. R. P. 2003. Peperangan Kerajaan Di Nusantara (Penelusuran
Kepustakaan Sejarah). Jakarta: Grasindo.
http://www.nederlandsindie.com/daendels-perintis-infrastruktur [diakses pada 3 Maret 2015]
http://www.merdeka.com/peristiwa/jalan-raya-pos-jalan-bersejarah-terkejam-di
nusantara.html [diakses pada 3 Maret 2015]
[1] http://www.nederlandsindie.com/daendels-perintis-infrastruktur
[diakses pada 3 Maret 2015]
[2] http://www.merdeka.com/peristiwa/jalan-raya-pos-jalan-bersejarah-terkejam-di-nusantara.html
[diakses pada 3 Maret 2015]
[3] Suyono. 2003. Peperangan Kerajaan Di Nusantara
(Penelusuran Kepustakaan Sejarah). Hlm:118
[4] Merdeka.com
[5] Suyono, op.cit, hlm.120
Full of knowledge, terus berkarya ya sist 😃😃
BalasHapus