Minggu, 30 September 2018

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia


Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup berbagai macam suku dan bangsa. Ada 3 suku besar yang bermukim di Malaysia, mereka adalah suku Melayu, Cina, dan India. Kaum Cina dan India banyak mempengaruhi tradisi budaya dan tradisi bangsa lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara.[1] Masuknya agama Buddha ke Cina pada abad ke-3 masehi melahirkan kontak perdagangan baru melalui para peziarah Cina yang pada abad ke-5  dan ke-6 memanfaatkan rute-rute perdagangan maritim serta jalan darat ke India, tanah suci agama mereka. Para tokoh agama yang melakukan ekpedisi penyebaran agama ini singgah di beberapa tempat dan melakukan hubungan dengan orang-orang persinggahan mereka, beberapa kawasan seperti Indonesia, Malaka dan Malayapun menjadi bagian dari persinggahannnya.


Peziarah lainnya Yijing (atau I Tsing) mencapai Langkasuka di Semenanjung Malaya pada 692. Perjalanan para Peziarah ini telah mengubah kota –kota pelabuhan Sumatera menjadi pusat pembelajaran Sansekerta dari hal inilah para Pendeta ataupun Peziarah singgah, dari persinggahannya tersebut di iringi untuk mendorong meningkatnya potensi perdagangan yang terjalin antara Cina dan Asia Tenggara. Dari hal ini terjalin sebuah hubungan dekat dengan dua kawasan tersebut, hal ini di buktikan dengan saling berkujungnya Cina dan Asia Tenggara ke masing-masing tempat mereka, missal saja Asia Tenggara mengunjungi Cina denagn membawa Upeti dan kemudian orang-oarang Cina membalas upeti mereka denagna hadiah-hadiah dari para raja Cina. Sehingga dapat di katakan bahwa hubungan yang terjalin dengan keduanya dalam hal perdagangan ini saling menguntungkan keduanya sebab misi dari masing-masing wilayah memilki kesamaan. Pengiriman upeti ataupun hadiah dari waktu ke waktu terus berubah seiring dengan kebijakan para raja yang memerintah.

Cina telah sejak lama dikenal dengan perdagangannya yang maju, didukung dengan sumber daya alam juga sumber daya manusianya. Orang-orang Cina memperluas jangkauan perdagangannya nyaris ke seluruh belahan dunia. Di kemudian hari Cina dilanda peperangan yang berkepanjangan yang menyebabkan kelaparan dan kematian dimana-mana, yang akhirnya memaksa orang-orangnya mencari perlindungan di luar daerahnya. Kawasan Asia tenggara menjadi salah satu tujuan pelarian orang-orang Cina tersebut. Di Asia Tenggara sendiri Indonesia, Singapura dan Malaysia menjadi tujuan yang paling diincar oleh mereka.

            Sebenarnya, interaksi antara Malaya dan Cina sudah berlangsung dengan lama. Salah satu teori mengenai proses kedatangan etnis Tionghoa di Malaysia adalah ketika berkembangnya kerajaan–kerajaan Melayu Hindu. Pada masa ini, raja – raja Melayu yang saat itu masih beragama Hindu akibat pengaruh dominasi kerajaan – kerajaan Nusantara sudah menjalin interaksi dan berbagai kerjasama dengan kerajaan-kerajaan Cina, yaitu diperkirakan pada abad 9 M. Namun belum ada sumber yang menjelaskan apakah kerjasama ini mengakibatkan menetapnya orang-orang Cina tersebut di Malaya. Gelombang berikutnya ditengarai dengan Ekspansi perdagangan Cina di Asia Tenggara dimulai pada abad ke -15, dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Misi muhibah Cheng Ho yang mengunjungi kerajaan Samudera Pasai, beliau juga melewati jalur – jalur laut Malaya, namun belum banyak sumber yang menyatakan bahwa saat itu rombongan Cheng Ho sebagian ada yang menetap.

            Teori berikutnya yaitu terkait kedatangan Islam ke wilayah Nusantara dan hubungan awal dengan orang-orang Barat (Portugis dan Belanda) serta dengan orang Cina. Proses ini terjadi pada awal-awal abad selepas Masehi hingga abad ke-16, satu jangka masa yang panjang dan prosesnya terjadi perlahan-lahan. Pada waktu itu orang-orang yang berhijrah ke negeri-negeri Melayu berasal dari Sumatera terutama orang Minangkabau. Mereka kebanyakan datang ke Malaka, suatu kerajaan yang makmur di bawah Kesultanan Melayu Malaka. Pada waktu yang sama sejumlah kecil orang Cina dan India telah datang dan tinggal menetap di Malaka. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang.

            Pada proses ini terjadi perkawinan campur dan asimilasi budaya antara pendatang dan penduduk setempat, perkawinan campur terjadi tidak hanya terbatas di kalangan rakyat biasa tetapi juga berlaku di kalangan penguasa, misalnya pernikahan antara Sultan Mansyur Syah dengan Puteri Hang Li Po dari negeri Cina. Hasil dari perkawinan campur dan asimilasi budaya antara kebudayaan para pendatang dan kebudayaan setempat, telah melahirkan keturunan Baba dan Nyonya. Keturunan itu masih ada sampai sekarang terutama di Malaka dan Pulau Pinang. Pada tahap ini juga ada sejumlah kecil orang India dan Cina di Sarawak dan Sabah.[2]
            Awalnya orang Cina datang ke Malaya untuk berdagang dan belajar tentang agama di abad ke-18.[3] Mereka yang bermigrasi menjadi signifikan pada abad ke 18 khususnya pada masa penjajahan Inggris untuk mencari rezeki. Orang-orang Cina mulai memasuki Malaysia seiring dengan migrasi besar-besaran yang mereka lakukan ke Malaysia di abad 19.[4] Jauh sebelum abad ke-18, Melayu dan Cina telah menjalin kerjasama sejak abad ke-4. Kedatangan orang Cina di Malaysia dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain kelaparan, lonjakan jumlah penduduk, bencana alam, peperangandan juga penindasan tuan milik tanah, serta faktor ekonomi[5]

Seiring berjalannya waktu, orang-orang Cina ini memiliki pengaruh juga dalam kehidupan bermasyarakat di Malaysia. Mereka telah berbaur dengan penduduk Melayu dan menjalankan kehidupan sosial bersama. Orang-orang Cina yang berada di Malaysia juga melakukan kegiatan ekonomi.Begitu banyak macam kegiatan ekonomi yang di lakukan oleh orang Cina untk mempertahanaka hidup. Sifat keuletan yang dimilki oleh orang Cina tersebut, membuat orang-orang Cina di percayai untuk menjalankan pekerjaan yang di berikan dari orang-orang Eropa. Berbagai catatan sejarah tentang Cina di Asia Tenggara dalam persinggahanke belahan dunia dalam bidang perdagangan, yang sebgaimana telah di ungkapkan di atas di kawasan asia Tenggara telah menjadi saksi bisu  hubungan yang terjalin di antara keduanya. 


[1] Abdullah, Abdul Rahman Haji, Penjajahan Malaysia ; Cabaran dan Warisannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), hlm.xv.
[2] T.G.Mc Gee, 1965. “Population: A Preliminary Analysis”, Malaysia: A Survey . London, Frederick A Preager, hlm.69-72
[3]LEE YOK FEE, Kajian Tentang Identiti Orang Cina di Malaysiadari Segi Epistemologi : Ulasan, dalam Laporan Penyelidikan, Sari 27 (2009) 167-183, hlm. 168
[4]LEE YOK FEE, Kedinamikan Kecinaan dan Identiti Orang Cina di Malaysia, dalam Laporan Penyelidikan, Sari 22 (2004) 167-181, hlm. 168
[5]Ibid., hlm. 174

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambahkan komentar

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia

Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...