Rumah H.O.S Tjokroaminoto:
Romantisme Anak Sekolah hingga Tokoh
Sejarah
Oleh:
WIRETNO/ 121311433018
Ilmu Sejarah- Universitas Airlangga
H.O.S Tjokroaminoto adalah tokoh
legendaris pergerakan nasional Indonesia yang terkenal menelurkan dan mencetak
berbagai tokoh dari beragam aliran dan paham yang selalu mengisi warna – warni
sejarah negeri ini. Berkediaman di Jalan Peneleh VII/ 29-31 Surabaya, disitulah
tokoh – tokoh pergerakan Indonesia dipertemukan, dalam kamar sempit bak pesantren, namun dari
situlah awal dari dialektika seputar nasionalisme dan Indonesia terjalin. Sudah
tentu, rumah ini sudah ada pada saat kolonialisme masih begitu kuat membelenggu
Indonesia. Sebagai bagian dari latar sejarah Indonesia, rumah ini baru dipugar
oleh negara pada 1996[1],
mengingat para kolega belum ada yang berani angkat suara jika itu adalah rumah
asli pak Tjokro dimana tokoh – tokoh besar seperti Soekarno ditempa. Panasnya
situasi politik masa orde baru membuat para keluarga memilih bungkam. Bisa
jadi, jika penguasa orde baru mengetahui tentang peninggalan ini, rumah HOS
Tjokroaminoto tidak dapat dijumpai sekarang.
Belum ada yang tahu pasti kapan rumah ini menjadi milik HOS Tjokroaminoto, menurut pariwisatasurabaya.com , rumah ini sudah ada sejak awal abad 19[2] dan mengalami berbagai tambahan serta perbaikan hingga sekarang, namun tidak merubah struktur dan arsitektur asli bangunan. Pada perkembangannya, rumah ini tak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, namun oleh HOS Tjokroaminoto dan istri dijadikan rumah indekos bagi para pelajar Hogere Burgelijks School (HBS). Rumah ini juga berfungsi menjadi pondok pesantren kecil untuk para santri beliau, yang tak hanya belajar agama tetapi juga mengembangkan kemampuan berpolitik agar dapat terlepas dari cengkeraman penjajahan kolonial. [3]
Selain sebagai bapak kos, HOS Tjokroaminoto
juga merupakan sang guru bagi anak – anak kosnya, Guru spiritual dan guru
bangsa. Berangkat dari rumah itu, HOS Tjokroaminoto yang juga merupakan pemimpin Sarekat
Islam bertekad untuk membentuk murid – muridnya sebagai sosok manusia yang
dapat membantu meneruskan estafet perjuangan beliau dalam mewujudkan cita –
cita kemerdekaan Republik Indonesia. Berawal dari kos-an ini pulalah, cita –
cita besar para tokoh sejarah Indonesia terbentuk. Sebut saja bapak proklamator
Indonesia Soekarno, SM Kartoesoewirjo, Semaun, Muso, dan Alimin. Perbedaan
latar Ideologi dan cara tafsir murid – murid tersebut pada setiap ajaran dan
ide – ide pak Tjokro pada puncaknya menimbulkan perselisihan dan perseteruan
diantara mereka.
Hal
ini otomatis menjadi warna tersendiri bagi para tokoh nasional tersebut yang
dikemudian hari menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Sukarno akhirnya
memilih jalan menjadi seorang nasionalis. Kartosuwiryo memilih jalan Islam
Konservatif. Semaun bersama Darsono memilih jalan sosialis. Muso dan Alimin
yang berubah haluan menjadi sosok komunis. Perlu diketahui, rumah ini juga
menjadi saksi peristiwa besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Di
rumah inilah awal didirikannya suatu pergerakan bernama Sarekat Islam, yang
kemudian bermertamorfosis menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia pada 1912. [4]
[1] Wawancara
dengan ketua RT sekitar, yang masih memiliki hubungan dengan HOS Tjokroaminoto
[2] http://pariwisatasurabaya.com/. [ diakses
pada 30 Maret 2015]
[3]
Dhahana Adi. 2014. Surabaya Punya Cerita.
Hlm: 30
[4]
Ibid. Hlm:32
Cie cie,, sejarawan..
BalasHapus