Selasa, 19 Mei 2015


Rumah H.O.S Tjokroaminoto:
Romantisme Anak Sekolah hingga Tokoh Sejarah
Oleh:
WIRETNO/ 121311433018
Ilmu Sejarah- Universitas Airlangga

            H.O.S Tjokroaminoto adalah tokoh legendaris pergerakan nasional Indonesia yang terkenal menelurkan dan mencetak berbagai tokoh dari beragam aliran dan paham yang selalu mengisi warna – warni sejarah negeri ini. Berkediaman di Jalan Peneleh VII/ 29-31 Surabaya, disitulah tokoh – tokoh pergerakan Indonesia dipertemukan,  dalam kamar sempit bak pesantren, namun dari situlah awal dari dialektika seputar nasionalisme dan Indonesia terjalin. Sudah tentu, rumah ini sudah ada pada saat kolonialisme masih begitu kuat membelenggu Indonesia. Sebagai bagian dari latar sejarah Indonesia, rumah ini baru dipugar oleh negara pada 1996[1], mengingat para kolega belum ada yang berani angkat suara jika itu adalah rumah asli pak Tjokro dimana tokoh – tokoh besar seperti Soekarno ditempa. Panasnya situasi politik masa orde baru membuat para keluarga memilih bungkam. Bisa jadi, jika penguasa orde baru mengetahui tentang peninggalan ini, rumah HOS Tjokroaminoto tidak dapat dijumpai sekarang.

            Belum ada yang tahu pasti kapan rumah ini menjadi milik HOS Tjokroaminoto, menurut pariwisatasurabaya.com , rumah ini sudah ada sejak awal abad 19[2] dan mengalami berbagai tambahan serta perbaikan hingga sekarang, namun tidak merubah struktur dan arsitektur asli bangunan. Pada perkembangannya, rumah ini tak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, namun oleh HOS Tjokroaminoto dan istri dijadikan rumah indekos bagi para pelajar Hogere Burgelijks School (HBS). Rumah ini juga berfungsi menjadi pondok pesantren kecil untuk para santri beliau, yang tak hanya belajar agama tetapi juga mengembangkan kemampuan berpolitik agar dapat terlepas dari cengkeraman penjajahan kolonial. [3]
Selain sebagai bapak kos, HOS Tjokroaminoto juga merupakan sang guru bagi anak – anak kosnya, Guru spiritual dan guru bangsa. Berangkat dari rumah itu, HOS Tjokroaminoto yang juga merupakan pemimpin Sarekat Islam bertekad untuk membentuk murid – muridnya sebagai sosok manusia yang dapat membantu meneruskan estafet perjuangan beliau dalam mewujudkan cita – cita kemerdekaan Republik Indonesia. Berawal dari kos-an ini pulalah, cita – cita besar para tokoh sejarah Indonesia terbentuk. Sebut saja bapak proklamator Indonesia Soekarno, SM Kartoesoewirjo, Semaun, Muso, dan Alimin. Perbedaan latar Ideologi dan cara tafsir murid – murid tersebut pada setiap ajaran dan ide – ide pak Tjokro pada puncaknya menimbulkan perselisihan dan perseteruan diantara mereka.
            Hal ini otomatis menjadi warna tersendiri bagi para tokoh nasional tersebut yang dikemudian hari menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Sukarno akhirnya memilih jalan menjadi seorang nasionalis. Kartosuwiryo memilih jalan Islam Konservatif. Semaun bersama Darsono memilih jalan sosialis. Muso dan Alimin yang berubah haluan menjadi sosok komunis. Perlu diketahui, rumah ini juga menjadi saksi peristiwa besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Di rumah inilah awal didirikannya suatu pergerakan bernama Sarekat Islam, yang kemudian bermertamorfosis menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia pada 1912. [4]


           




[1] Wawancara dengan ketua RT sekitar, yang masih memiliki hubungan dengan HOS Tjokroaminoto
[2] http://pariwisatasurabaya.com/. [ diakses pada 30 Maret 2015]
[3] Dhahana Adi. 2014. Surabaya Punya Cerita. Hlm: 30
[4] Ibid. Hlm:32

1 komentar:

tambahkan komentar

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia

Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...