"Manusiawi memang jika terkadang kita tidak puas atas apa yang kita miliki. Tapi jika kita terus menerus me-manusiawi-kan setiap nafsu dan keinginan yang berlebihan, masih pantaskah kita menyebutnya manusiawi??"
Entah, akhir – akhir ini aku
seringkali berpikir tentang bagaimana cara Allah menempatkanku disini. Sebuah
tempat yang menurut sebagian besar orang tak dapat ditinggali, sebuah kampus
dengan jurusan yang sedikit sekali diminati. Bahkan, sahabatku sendiri meragukanku
mau jadi apa nanti jika kelak lulus nanti??. Nyatanya, aku masih mampu bertahan
disini, di Ilmu Sejarah yang mengajarkanku bahwa sejatinya ilmu tak sekedar
tentang bagaimana cara kita mendapatkan upah. Entah apa yang membuatku suka
dengan pelajaran sejarah.
Sejak SD, aku sudah tertarik dengan
cerita tokoh – tokoh dan peristiwa besar dunia dan nasional. Aku suka mengamati
dan mempelajari kebudayaan – kebudayaan di Jawa Timur, untuk ukuran anak SD
bahkan akupun suka menghafal setiap nama peristiwa dan monumen ternama di Jawa
Timur dengan harapan agar aku tidak tersesat jika berkeliling Jawa Timur kelak.
Terkadang sempat aku merasa iri terhadap cerita teman – teman yang selalu mudik
keluar kota, ke Malang, jalan – jalan ke Pasuruan, Banyuwangi dan Madura.
Bagiku, yang saat itu masih SD, yang saat itu masih belum pernah ke Luar kota
sekalipun, berkeliling Jawa Timur adalah hal yang mengagumkan.
Jangankan keliling Jawa Timur,
keliling Kediri-pun sangat jarang. Hehe maklum semua keluarga pada ngumpul satu
desa, ya paling jauh satu kecamatan-lah. :D. Bagiku saat itu sangatlah tidak
mungkin mengharapkan keluarga untuk mengajakku sekedar bertamasya ke luar kota
mengingat terbatasnya biaya dan tak adanya kolega di luar kota. Jadi,
hanya dengan membaca buku tentang wisata Jawa Timur dan sejarahnya bagiku sama
saja, aku sudah mengenal banyak kota, dan dengan membaca buku aku benar – benar
merasa melakukan sebuah perjalanan kesana.
Kecintaanku terhadap sejarah
berlanjut hingga aku SMP, peristiwa – peristiwa seputar kerajaan klasik dan
pelajaran sejarah Eropa menjadi favoritku. Dinginnya musim salju Rusia hingga
mampu membekukan alat perang canggih buatan Jerman dan gigihnya pasukan Turki
Utsmani dalam merebut Konstantinopel mengundang keingintahuanku tentang negara
itu, membangkitkan jiwa petualanganku untuk mengenal jauh tentang negara itu.
Ah, bagiku dulu aku hanyalah anak SMP, jangankan ke Eropa, untuk melanjutkan
pendidikan hingga sarjana-pun sudah Alhamdulillah.
Ah, tapi keinginanku pergi ke salah
satu negeri Eropa semakin kuat ketika aku masuk di SMA ter-favorit di Kediri,
yap, SMAN 2 Kediri. Beruntung, aku memiliki kawan yang selalu menguatkanku akan
keharusan mempertahankan mimpi. Ya, lagi – lagi Turki menggodaku untuk semakin
ingin tahu. Ku baca dan mulai mengoleksi apapun tentang Turki klasik, entah
foto ataupun buku. Lagi – lagi aku sadar diri, aku berbeda dengan mereka. Lagi
– lagi aku sadar. Jangankan ke Eropa, untuk biaya sekolah pun Bapak-Ibukku
harus mengayuh mesin jahit dan memotong meter – demi meter kain sehari semalam,
tak biarkan mata terpejam. Aku bukanlah anak kepala dinas, PNS, direktur
ataupun pejabat. Dengan setiap kayuhan dan kepiawaian jari memainkan gunting
untuk menyulap bermeter – meter kain menjadi sebuah baju-lah aku bisa sekolah
sejauh ini, mampu bertahan di sekolah terfavorit dengan biaya yang selangit.
Jika aku ingat – ingat kembali akan
penyesalanku memilih jurusan ini, aku selalu ingat bukankah disini memang
jalanku?. Aku bisa berpetualang ke daerah manapun di Jawa Timur se-suka-ku,
mendaki gunung atau sekedar mencari arsip ke kota sebelah. Bukankah Allah
perlahan – lahan membukakan dan mengabulkan setiap doa kita sekecil apapun
itu?. Jika kuingat – ingat lagi mengapa aku bisa bertahan sejauh ini, waktu aku
SD dan SMP aku selalu menyelipkan harapan kecil sesudah sholat “Ya Allah aku
ingin jalan – jalan berkeliling Jawa Timur tapi tidak dengan uangku” dan doa
sederhana lain waktu aku masih kecil, yang baru saja aku ingat “Ya Allah
jadikanlah aku arkeolog agar aku bisa berkeliling Indonesia”.
Lucu ya? Sederhana memang, Allah
mengabulkan setiap keinginan kita sekecil dan seremeh apapun itu. Dan satu- per
satu harapan – harapan kecilku terbuka, terwujud seiring aku mulai
melupakannya. Aku diberi kesempatan mengunjungi Bromo dalam rangka perjalanan
intelektual kampusku dan itupun secara gratis, berkunjung ke Madura, pemakalah
di Malang dan kota – kota lain. Aku semakin percaya bahwa Allah memiliki
rencana lain yang lebih indah disini. Meskipun sedari dulu aku sangat ngebet
menjadi MC dan sangat berkeinginan menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, lagi –
lagi Allah membukakan jalanku, menjadi MC dan presenter tidak harus menjadi
mahasiswa ilkom. Bahkan disini, aku bisa menghasilkan uang sendiri, dari
sekedar berceloteh dan berbicara.
Jadi, jika kita merasa kurang puas
terhadap apa yang kita miliki, coba ingat – ingat kembali. Mungkin dulu kita
pernah minta sesuatu tapi sekarang terlupa. Jangan remehkan doa sekecil apapun
yang kita pinta pada-Nya, bisa jadi Allah menjadikannya sebuah pencapaian
terbesar bagi kita. Aku semakin yakin bahwa inilah jalanku, bahwa disinilah tempatku.
Jadi teruslah meminta pada-Nya, se-remeh dan se-besar apapun itu toh juga sama
saja, mudah saja bagi-Nya. Aku percaya Allah menyediakan jalan lain bagiku
untuk pergi kesana, ke Turki negeri impianku sedari dulu. Bukankah tidak
mustahil bagiku untuk pergi kesana 5 tahun lagi??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tambahkan komentar