Senin, 18 Mei 2015

Ada Doa yang Terlupa


"Manusiawi memang jika terkadang kita tidak puas atas apa yang kita miliki. Tapi jika kita terus menerus me-manusiawi-kan setiap nafsu dan keinginan yang berlebihan, masih pantaskah kita menyebutnya manusiawi??"

Entah, akhir – akhir ini aku seringkali berpikir tentang bagaimana cara Allah menempatkanku disini. Sebuah tempat yang menurut sebagian besar orang tak dapat ditinggali, sebuah kampus dengan jurusan yang sedikit sekali diminati. Bahkan, sahabatku sendiri meragukanku mau jadi apa nanti jika kelak lulus nanti??. Nyatanya, aku masih mampu bertahan disini, di Ilmu Sejarah yang mengajarkanku bahwa sejatinya ilmu tak sekedar tentang bagaimana cara kita mendapatkan upah. Entah apa yang membuatku suka dengan pelajaran sejarah.
Sejak SD, aku sudah tertarik dengan cerita tokoh – tokoh dan peristiwa besar dunia dan nasional. Aku suka mengamati dan mempelajari kebudayaan – kebudayaan di Jawa Timur, untuk ukuran anak SD bahkan akupun suka menghafal setiap nama peristiwa dan monumen ternama di Jawa Timur dengan harapan agar aku tidak tersesat jika berkeliling Jawa Timur kelak. Terkadang sempat aku merasa iri terhadap cerita teman – teman yang selalu mudik keluar kota, ke Malang, jalan – jalan ke Pasuruan, Banyuwangi dan Madura. Bagiku, yang saat itu masih SD, yang saat itu masih belum pernah ke Luar kota sekalipun, berkeliling Jawa Timur adalah hal yang mengagumkan.


 Jangankan keliling Jawa Timur, keliling Kediri-pun sangat jarang. Hehe maklum semua keluarga pada ngumpul satu desa, ya paling jauh satu kecamatan-lah. :D. Bagiku saat itu sangatlah tidak mungkin mengharapkan keluarga untuk mengajakku sekedar bertamasya ke luar kota mengingat terbatasnya biaya dan tak adanya kolega di luar kota.  Jadi, hanya dengan membaca buku tentang wisata Jawa Timur dan sejarahnya bagiku sama saja, aku sudah mengenal banyak kota, dan dengan membaca buku aku benar – benar merasa melakukan sebuah perjalanan kesana.
Kecintaanku terhadap sejarah berlanjut hingga aku SMP, peristiwa – peristiwa seputar kerajaan klasik dan pelajaran sejarah Eropa menjadi favoritku. Dinginnya musim salju Rusia hingga mampu membekukan alat perang canggih buatan Jerman dan gigihnya pasukan Turki Utsmani dalam merebut Konstantinopel mengundang keingintahuanku tentang negara itu, membangkitkan jiwa petualanganku untuk mengenal jauh tentang negara itu. Ah, bagiku dulu aku hanyalah anak SMP, jangankan ke Eropa, untuk melanjutkan pendidikan hingga sarjana-pun sudah Alhamdulillah.
Ah, tapi keinginanku pergi ke salah satu negeri Eropa semakin kuat ketika aku masuk di SMA ter-favorit di Kediri, yap, SMAN 2 Kediri. Beruntung, aku memiliki kawan yang selalu menguatkanku akan keharusan mempertahankan mimpi. Ya, lagi – lagi Turki menggodaku untuk semakin ingin tahu. Ku baca dan mulai mengoleksi apapun tentang Turki klasik, entah foto ataupun buku. Lagi – lagi aku sadar diri, aku berbeda dengan mereka. Lagi – lagi aku sadar. Jangankan ke Eropa, untuk biaya sekolah pun Bapak-Ibukku harus mengayuh mesin jahit dan memotong meter – demi meter kain sehari semalam, tak biarkan mata terpejam. Aku bukanlah anak kepala dinas, PNS, direktur ataupun pejabat. Dengan setiap kayuhan dan kepiawaian jari memainkan gunting untuk menyulap bermeter – meter kain menjadi sebuah baju-lah aku bisa sekolah sejauh ini, mampu bertahan di sekolah terfavorit dengan biaya yang selangit.
Jika aku ingat – ingat kembali akan penyesalanku memilih jurusan ini, aku selalu ingat bukankah disini memang jalanku?. Aku bisa berpetualang ke daerah manapun di Jawa Timur se-suka-ku, mendaki gunung atau sekedar mencari arsip ke kota sebelah. Bukankah Allah perlahan – lahan membukakan dan mengabulkan setiap doa kita sekecil apapun itu?. Jika kuingat – ingat lagi mengapa aku bisa bertahan sejauh ini, waktu aku SD dan SMP aku selalu menyelipkan harapan kecil sesudah sholat “Ya Allah aku ingin jalan – jalan berkeliling Jawa Timur tapi tidak dengan uangku” dan doa sederhana lain waktu aku masih kecil, yang baru saja aku ingat “Ya Allah jadikanlah aku arkeolog agar aku bisa berkeliling Indonesia”.
Lucu ya? Sederhana memang, Allah mengabulkan setiap keinginan kita sekecil dan seremeh apapun itu. Dan satu- per satu harapan – harapan kecilku terbuka, terwujud seiring aku mulai melupakannya. Aku diberi kesempatan mengunjungi Bromo dalam rangka perjalanan intelektual kampusku dan itupun secara gratis, berkunjung ke Madura, pemakalah di Malang dan kota – kota lain. Aku semakin percaya bahwa Allah memiliki rencana lain yang lebih indah disini. Meskipun sedari dulu aku sangat ngebet menjadi MC dan sangat berkeinginan menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, lagi – lagi Allah membukakan jalanku, menjadi MC dan presenter tidak harus menjadi mahasiswa ilkom. Bahkan disini, aku bisa menghasilkan uang sendiri, dari sekedar berceloteh dan berbicara.
Jadi, jika kita merasa kurang puas terhadap apa yang kita miliki, coba ingat – ingat kembali. Mungkin dulu kita pernah minta sesuatu tapi sekarang terlupa. Jangan remehkan doa sekecil apapun yang kita pinta pada-Nya, bisa jadi Allah menjadikannya sebuah pencapaian terbesar bagi kita. Aku semakin yakin bahwa inilah jalanku, bahwa disinilah tempatku. Jadi teruslah meminta pada-Nya, se-remeh dan se-besar apapun itu toh juga sama saja, mudah saja bagi-Nya. Aku percaya Allah menyediakan jalan lain bagiku untuk pergi kesana, ke Turki negeri impianku sedari dulu. Bukankah tidak mustahil bagiku untuk pergi kesana 5 tahun lagi?? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambahkan komentar

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia

Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...