Rabu, 18 April 2018

Untuk Lelaki, Yang Pernah Menjemputku di Stasiun Itu



Di stasiun itu, kau pernah melepasku
memelukku sesekali, tanpa tahu kapan aku kembali
mengecup keningku, seraya mengumpat waktu
"sabar sayang, aku harus kembali ke rantauan",
bisikku pelan

di antara riuh para penumpang, kau melambaikan tangan
melihatku berdesakan, tanpa tahu kemanakah aku akan pulang
"bisakah kita bertemu lagi pekan depan?, teriakmu
"aku tak kuat menahan rindu!"
aku hanya tersenyum, mengangguk mengiyakan
tak sabar menanti pekan depan

di sudut jendela gerbong dua kereta Penataran
mataku meremang jauh pada barisan Pawitra di sudut kanan
bukankah katamu aku tak tergantikan?
ternyata jarak, membuatmu begitu mudah menipu keadaan
melupakan segala pahit dan gembira
perjalanan yang telah kita bangun sekian lama
demi seonggok perempuan, yang entah datang darimana

Kukira, kau mencintaiku tanpa jeda
nyatanya, koma membuatmu berhenti begitu lama
setelah sekian masa lamanya
akhirnya aku tiba pada stasiun itu,
tempat kau dulu pernah menjemputku
dengan pelukan hangat dan senyum simpulmu
aku sampai,
tapi tidak untuk rindu-rinduku.


Malang, 2017
Wiretno Sikiwir


Kamis, 12 April 2018

Kampung Arab Tertua di Gresik

Harian Surya edisi Minggu, 8 Maret 2018









Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik terletak di tengah perkampungan penduduk.
Kawasan wisata Makam Malik Ibrahim termasuk kategori kampung dalam kota yang identik dengan budaya Arab/Islam yang dikenal berkat adanya makam Malik Ibrahim.

Salah satunya adalah Kampung Pulopancikan.
Gang-gang dengan deretan rumah berasitektur kuno hingga kolonial menjadi pemandangan unik kampung itu. Kampung Pulopancikan memiliki daya tarik wisata yang kuat bagi Gresik. Daerah itu merupakan salah satu Kampung Arab tertua di Gresik.

Hingga saat ini etnis Arab di Gresik tersebar di dua wilayah. Yang pertama di Kampung Gapuro, Sukolilo, dan satu lagi di Desa Pulopancikan. Letaknya sekitar 500 meter dari makam Sunan Maulana Malik Ibrahim.
Berdasarkan fakta sejarah, Gresik dikenal sebagai kota pesisir yang ramai dikunjungi pedagang asing. Persinggungan dengan banyak pendatang itu kemudian menjadikan Gresik sebagai salah satu kota pantai utara Pulau Jawa yang terbentuk dan berkembang menjadi suatu kota yang multietnis.
Menurut peneliti Denys Lombard, kebanyakan pedagang yang menetap di pesisir berasal dari wilayah Hadramaut.

Babad Gresik menyebutkan kedatangan para ulama Islam atas perintah Sultan Sadad dari Negeri Gedah untuk menyiarkan Agama Islam sambil berdagang. Peristiwa itu terjadi pada 1293 Saka atau 1371 Masehi.
Menurut penuturan pengurus organisasi Maulana Malik Ibrahim, Kampung Pulopancikan merupakan pemukiman Arab yang berjuang bersama Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk menyebarkan Islam.

Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia

Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...