Rabu, 18 April 2018
Untuk Lelaki, Yang Pernah Menjemputku di Stasiun Itu
Di stasiun itu, kau pernah melepasku memelukku sesekali, tanpa tahu kapan aku kembali mengecup keningku, seraya mengumpat waktu "sabar sayang, aku harus kembali ke rantauan", bisikku pelan
di antara riuh para penumpang, kau melambaikan tangan melihatku berdesakan, tanpa tahu kemanakah aku akan pulang "bisakah kita bertemu lagi pekan depan?, teriakmu "aku tak kuat menahan rindu!" aku hanya tersenyum, mengangguk mengiyakan tak sabar menanti pekan depan
di sudut jendela gerbong dua kereta Penataran mataku meremang jauh pada barisan Pawitra di sudut kanan bukankah katamu aku tak tergantikan? ternyata jarak, membuatmu begitu mudah menipu keadaan melupakan segala pahit dan gembira perjalanan yang telah kita bangun sekian lama demi seonggok perempuan, yang entah datang darimana
Kukira, kau mencintaiku tanpa jeda nyatanya, koma membuatmu berhenti begitu lama setelah sekian masa lamanya akhirnya aku tiba pada stasiun itu, tempat kau dulu pernah menjemputku dengan pelukan hangat dan senyum simpulmu aku sampai, tapi tidak untuk rindu-rinduku.
Malang, 2017 Wiretno Sikiwir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Awal kedatangan Etnis Tionghoa di Malaysia
Malaysia yang dulunya bernama Malaya, merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, setelah sebelumnya dikuasai Inggris. Di Malaysia sendiri hidup...
-
Beberapa hari ini, otak dan pikiranku seakan penuh oleh alunan instrument Leo Rojas. Alunan musiknya lumayan bisa menyegarkan otak yan...
-
LIKU-LIKU TEMBAKAU: MENYINGKAP TRADISI MERETAS ZAMAN Oleh: Wiretno [1] Fitria Marta Sari [2] ABSTRAK Tembakau sudah dikenal s...
-
Di stasiun itu, kau pernah melepasku memelukku sesekali, tanpa tahu kapan aku kembali mengecup keningku, seraya mengumpat waktu ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tambahkan komentar